UNTUK NEGERIKU
Bruk! Satu lagi tubuh yang jatuh
terkapar tak berdaya. Pertempuran ini sungguh benar-benar tak seimbang. Kami,
yang mereka sebut sebagai Pasukan Pemberontak, hanya memiliki supply yang
sangat terbatas. Sedangkan mereka memiliki segalanya,sungguh benar-benar tak
adil. Tapi memang ketidakadilan itulah yang ingin kami singkirkan dari negeri
yang korup ini.
Bunyi desingan peluru kembali
terdengar bersahut-sahutan. Dan “Argh!”
Kudengar satu lagi saudara seperjuanganku terkena tembakan dan jatuh terkapar
bersimbah darah. Akhirnya kuputuskan untuk menarik mundur pasukanku. Kutarik
tali yang menghubungkan pos-pos kami sebagai isyarat untuk mundur. Secara
bertahap, kami segera kembali ke kamp utama untuk menyusun ulang strategi.
Treng! Treng! Treng! Treng! Bunyi
alarm dari petugas jaga langsung membangunkanku dari tidur. Segera kuraih Ak-47
ku dan berlari keluar. Tampaknya Pasukan Pemerintah sudah menemukan kamp ini.
Sial! Bagaimana mungkin bisa? . “Lapor! Pasukan musuh sudah mengepung kamp ini. Apa yang harus
kita lakukan?”,
lapor seorang prajurit jaga malam itu. Kukumpulkan seluruh pasukanku yang
kira-kira hanya berjulah 100 orang. Dan aku pun berusaha membangkitkan semangat
mereka.
“Wahai segenap Pasukan Pembebasan!
Sebentar lagi, sebuah pertempuran akan terjadi. Pertempuran yang menentukan.
Kita menang dan ada atau kita kalah dan tiada! Angkat senjata kalian! Hiduplah!
Demi impian kita dan pendahulu-pendahulu kita! Jangan biarkan musuh-musuh itu
mengalahkan kita! Bertempurlah hingga titik darah penghabisan! Menang berjaya
atau kalah tiada!”,
Pidatoku dengan berapi-api, di ikuti dengan pekik semangat dari pasukanku. Aku
lega, aku sempat berpikir mereka akan takut dengan pertempuran kali ini. Segera
kuperintahkan kepada mereka untuk segera menuju pos mereka masing-masing,
jikalau pasukan musuh menyerang sewaktu-waktu.
Pagi itu, suasana masih tegang.
Keadaan masih mencekam. Suasana sangat sunyi, sangat sedikit yang berbicara,
semuanya tenggelam dalam ketegangan. “Komandan! Pasukan Pemerintah mengirimkan sebuah surat,
silahkan anda baca”,
lapor seorang prajurit yang langsung membuyarkan lamunanku. Aku pun mengambil
surat yang dibawanya dan membacanya.
“Untuk Pasukan Pemberontak,
Segera serahkan diri kalian dan
senjata-senjata kalian dalam tempo 1x12 jam. Lebih dari itu, kami terpaksa
melakukan cara kekerasan!
Pikirkanlah baik-baik! Nyawa manusia
menjadi taruhannya! –
General McDouglas”
Segera kuremas-remas kertas itu dan
kubuang, benar-benar membangkitkan amarah. Mereka katakan nyawa manusia menjadi
taruhannya? Hah, padahal pemerintahan mereka justru memakan lebih banyak
korban, bahkan korban-korban itu lebih tersiksa. Sungguh menggelikan. Segera
kuberitahukan kepada pasukanku untuk bersiap bertempur dalam 12 jam.
Duar! Sebuah granat meledak di kamp
kami. Di ikuti dengan rentetan peluru dan granat-granat lain. Tampaknya mereka
benar-benar ingin menghancurkan kita. Benar-benar tak kuduga, mereka sampai
menggunakan senjata-senjata berat. Hanya dalam 15 menit, kamp kami sudah
hancur. Dan hanya tersisa 20 orang dari kami. Kami terpaksa untuk bersembunyi
dalam sisa-sisa bangunan yang masih ada. Sesekali , Ak-47ku aku tembakkan untuk
membalas serangan mereka, tapi tampaknya sia-sia. Ledakan-ledakan masih terus
terjadi , begitu juga dengan tembakan peluru, bahkan pasukan mereka sudah
semakin terlihat. Akhirnya, kuputuskan untuk lari dari pertempuran itu. Ya,
Lari! Sebuah tindakan yang pengecut memang. Tapi, sekeras apapun kami mencoba
pasti tidak mungkin menang. Jelas saja 7 orang yang tersisa melawan kira-kira
500 orang bahkan mungkin lebih. Kami pun segera berlari keluar hutan.
Hah! Hah! Hah!, napasku
terengah-engah. Akupun berhenti sejenak , berlindung di bawah pohon.
Teman-temanku sudah tidak tampak lagi, apa mereka tertembak? Atau mungkin sudah
lolos? Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?
Belum sempat aku menegakkan badanku,
sekitar 12 orang bersenjata lengkap sudah mengepung dan menodongkan senjata
padaku. Mereka mengikat tanganku dan membawaku kembali ke kamp utama kami yang
sudah rata akibat serangan mereka.
“Hahaha!! Ada permintaan terakhir,
tuan pemberontak?”,
General McDouglas bertanya dengan nada menghina.
“Aku ingin menyampaikan salam
perpisahan untuk keluargaku!’, ujarku berusaha sedikit tenang.
“Baiklah kalau itu maumu… toh, setelah itu kau tidak akan
bertemu keluargamu lagi untuk selamanya.. hahahaha!”, ujarnya sambil tertawa merendahkan.
Aku segera di giring masuk ke dalam
ruangan untuk segera menulis suratku. Segera kutulis surat itu dan melipatnya.
Kupikir ini cukup.
Lagi-lagi Jenderal itu mendatangiku, “Kau beruntung. Der Fuhrer akan kesini
untuk bertemu denganmu. Kau harusnya merasa terhormat”, Aku hanya diam. Ini akan membuat
segalanya menjadi lebih mudah, pikirku.
Kini Der Fuhrer sudah berada di
hadapanku. Dan dia terus-menerus menghinaku. Aku hanya bisa diam karena tubuhku
terikat.
“Tolong sampaikan kepada seluruh
masyarakat negara yang sedang sakit ini,
Teruntuk Negaraku yang seharusnya aku
bela dan aku cintai,
Maafkan aku karena aku melukaimu,
karena kupikir hanya ini yang bisa kulakukan.
Teruntuk pemimpin-pemimpin negeri ini
yang seharusnya aku hormati dan aku lindungi,
Maafkan aku karena aku membangkang
kepadamu, karena kupikir anda sudah tidak layak untuk di hormati.
Teruntuk keluargaku yang seharusnya
aku jaga dan aku ayomi,
Maafkan aku karena aku tidak bisa
berada di sisi kalian, karena aku memilih jalan yang berat ini.
Teruntuk seluruh masyarakat dimanapun
engkau berada,
Maafkan aku karena aku membuat hidup
kalian tidak tenang, karena semua yang kulakukan sebenarnya untuk negeri ini.
Maafkan aku, maafkan kami semua. Kami
hanya tidak tahan dengan kesewenang-wenangan seseorang yang sering kita sebut
Der Fuhrer itu.
Maka atas semua kesalahan yang aku
buat, hanya ini permintaan maaf yang bisa kulakukan.
Semoga Negara ini bisa menjadi lebih
baik di bawah pemimpin yang baru.
Terima kasih untuk semuanya……………”
DUAARRRR!!!!!!!!!!!
Sebuah bom meledak, menghancurkan
semua yang ada di bekas kamp kami itu.
Ya, semuanya… Aku, tentara-tentara pemerintah itu
dan yang paling penting Der Fuhrer.
Dan inilah akhir dari segalanya.
Semuanya kini terlihat gelap, tak ada apapun…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar