calendar


Sabtu, 14 April 2012

SOCA BERLIANTO


UNTUK NEGERIKU


Bruk! Satu lagi tubuh yang jatuh terkapar tak berdaya. Pertempuran ini sungguh benar-benar tak seimbang. Kami, yang mereka sebut sebagai Pasukan Pemberontak, hanya memiliki supply yang sangat terbatas. Sedangkan mereka memiliki segalanya,sungguh benar-benar tak adil. Tapi memang ketidakadilan itulah yang ingin kami singkirkan dari negeri yang korup ini.

Bunyi desingan peluru kembali terdengar bersahut-sahutan. Dan Argh! Kudengar satu lagi saudara seperjuanganku terkena tembakan dan jatuh terkapar bersimbah darah. Akhirnya kuputuskan untuk menarik mundur pasukanku. Kutarik tali yang menghubungkan pos-pos kami sebagai isyarat untuk mundur. Secara bertahap, kami segera kembali ke kamp utama untuk menyusun ulang strategi.

Treng! Treng! Treng! Treng! Bunyi alarm dari petugas jaga langsung membangunkanku dari tidur. Segera kuraih Ak-47 ku dan berlari keluar. Tampaknya Pasukan Pemerintah sudah menemukan kamp ini. Sial! Bagaimana mungkin bisa? . Lapor! Pasukan musuh sudah mengepung kamp ini. Apa yang harus kita lakukan?, lapor seorang prajurit jaga malam itu. Kukumpulkan seluruh pasukanku yang kira-kira hanya berjulah 100 orang. Dan aku pun berusaha membangkitkan semangat mereka.

Wahai segenap Pasukan Pembebasan! Sebentar lagi, sebuah pertempuran akan terjadi. Pertempuran yang menentukan. Kita menang dan ada atau kita kalah dan tiada! Angkat senjata kalian! Hiduplah! Demi impian kita dan pendahulu-pendahulu kita! Jangan biarkan musuh-musuh itu mengalahkan kita! Bertempurlah hingga titik darah penghabisan! Menang berjaya atau kalah tiada!, Pidatoku dengan berapi-api, di ikuti dengan pekik semangat dari pasukanku. Aku lega, aku sempat berpikir mereka akan takut dengan pertempuran kali ini. Segera kuperintahkan kepada mereka untuk segera menuju pos mereka masing-masing, jikalau pasukan musuh menyerang sewaktu-waktu.

Pagi itu, suasana masih tegang. Keadaan masih mencekam. Suasana sangat sunyi, sangat sedikit yang berbicara, semuanya tenggelam dalam ketegangan. Komandan! Pasukan Pemerintah mengirimkan sebuah surat, silahkan anda baca, lapor seorang prajurit yang langsung membuyarkan lamunanku. Aku pun mengambil surat yang dibawanya dan membacanya.

Untuk Pasukan Pemberontak,
Segera serahkan diri kalian dan senjata-senjata kalian dalam tempo 1x12 jam. Lebih dari itu, kami terpaksa melakukan cara kekerasan!
Pikirkanlah baik-baik! Nyawa manusia menjadi taruhannya! General McDouglas

Segera kuremas-remas kertas itu dan kubuang, benar-benar membangkitkan amarah. Mereka katakan nyawa manusia menjadi taruhannya? Hah, padahal pemerintahan mereka justru memakan lebih banyak korban, bahkan korban-korban itu lebih tersiksa. Sungguh menggelikan. Segera kuberitahukan kepada pasukanku untuk bersiap bertempur dalam 12 jam.


Duar! Sebuah granat meledak di kamp kami. Di ikuti dengan rentetan peluru dan granat-granat lain. Tampaknya mereka benar-benar ingin menghancurkan kita. Benar-benar tak kuduga, mereka sampai menggunakan senjata-senjata berat. Hanya dalam 15 menit, kamp kami sudah hancur. Dan hanya tersisa 20 orang dari kami. Kami terpaksa untuk bersembunyi dalam sisa-sisa bangunan yang masih ada. Sesekali , Ak-47ku aku tembakkan untuk membalas serangan mereka, tapi tampaknya sia-sia. Ledakan-ledakan masih terus terjadi , begitu juga dengan tembakan peluru, bahkan pasukan mereka sudah semakin terlihat. Akhirnya, kuputuskan untuk lari dari pertempuran itu. Ya, Lari! Sebuah tindakan yang pengecut memang. Tapi, sekeras apapun kami mencoba pasti tidak mungkin menang. Jelas saja 7 orang yang tersisa melawan kira-kira 500 orang bahkan mungkin lebih. Kami pun segera berlari keluar hutan.

Hah! Hah! Hah!, napasku terengah-engah. Akupun berhenti sejenak , berlindung di bawah pohon. Teman-temanku sudah tidak tampak lagi, apa mereka tertembak? Atau mungkin sudah lolos? Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?

Belum sempat aku menegakkan badanku, sekitar 12 orang bersenjata lengkap sudah mengepung dan menodongkan senjata padaku. Mereka mengikat tanganku dan membawaku kembali ke kamp utama kami yang sudah rata akibat serangan mereka.

Hahaha!! Ada permintaan terakhir, tuan pemberontak?, General McDouglas bertanya dengan nada menghina.

Aku ingin menyampaikan salam perpisahan untuk keluargaku!, ujarku berusaha sedikit tenang.

Baiklah kalau itu maumu toh, setelah itu kau tidak akan bertemu keluargamu lagi untuk selamanya.. hahahaha!, ujarnya sambil tertawa merendahkan.

Aku segera di giring masuk ke dalam ruangan untuk segera menulis suratku. Segera kutulis surat itu dan melipatnya. Kupikir ini cukup.

Lagi-lagi Jenderal itu mendatangiku, Kau beruntung. Der Fuhrer akan kesini untuk bertemu denganmu. Kau harusnya merasa terhormat, Aku hanya diam. Ini akan membuat segalanya menjadi lebih mudah, pikirku.


Kini Der Fuhrer sudah berada di hadapanku. Dan dia terus-menerus menghinaku. Aku hanya bisa diam karena tubuhku terikat.

Tolong sampaikan kepada seluruh masyarakat negara yang sedang sakit ini,
Teruntuk Negaraku yang seharusnya aku bela dan aku cintai,
Maafkan aku karena aku melukaimu, karena kupikir hanya ini yang bisa kulakukan.
Teruntuk pemimpin-pemimpin negeri ini yang seharusnya aku hormati dan aku lindungi,
Maafkan aku karena aku membangkang kepadamu, karena kupikir anda sudah tidak layak untuk di hormati.
Teruntuk keluargaku yang seharusnya aku jaga dan aku ayomi,
Maafkan aku karena aku tidak bisa berada di sisi kalian, karena aku memilih jalan yang berat ini.
Teruntuk seluruh masyarakat dimanapun engkau berada,
Maafkan aku karena aku membuat hidup kalian tidak tenang, karena semua yang kulakukan sebenarnya untuk negeri ini.
Maafkan aku, maafkan kami semua. Kami hanya tidak tahan dengan kesewenang-wenangan seseorang yang sering kita sebut Der Fuhrer itu.
Maka atas semua kesalahan yang aku buat, hanya ini permintaan maaf yang bisa kulakukan.
Semoga Negara ini bisa menjadi lebih baik di bawah pemimpin yang baru.
Terima kasih untuk semuanya……………”
DUAARRRR!!!!!!!!!!!

Sebuah bom meledak, menghancurkan semua yang ada di bekas kamp kami itu.

Ya, semuanya Aku, tentara-tentara pemerintah itu dan yang paling penting Der Fuhrer.

Dan inilah akhir dari segalanya. Semuanya kini terlihat gelap, tak ada apapun..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar