calendar


Sabtu, 14 April 2012

SAVIRA JULIANTIKA


Cinta Dan Sahabat
Namaku Divi . Aku bersekolah di Sekolah Menengah Akhir . Umurku, 15 tahun .  Disekolah, aku mempunyai 4 sahabat yang sangat baik sekali padaku, mereka adalah Della, Bella, Sonia, dan Devi. Kami berlima selalu bermain bersama, tertawa, ataupun bercanda. Pada jam pelajaran pertama, semua teman sekelasku menuju lab untuk melakukan praktek. Semua temanku ingin jadi yang pertama pada praktek tersebut, tak ketinggalan aku pun juga ingin jadi yg pertama melakukan praktek itu. Aku berlari menuju bengku didepan meja guru. Namun, ketika aku duduk, seseorang juga duduk di bangku itu. Mau bagaimana lagi, aku dan dia duduk dibangku yg sama. Setelah aku perhatikan lebih dekat ternyata seseorang yg duduk disebelahku itu adalah Divo. Ya, Divo. Aldivo Arlando. Seorang anak cowok yang berwajah tampan, dan juga berotak cukup cerdas sekaligus selalu menjadi perhatian para cewek dikelasku. Tidak sengaja, saat itu kami saling memandang, aku merasakan ada sesuatu yang aneh saat itu, Hatiku berdegup kencang. Aku tidak tahu, perasaan apa yang sebenarnya aku rasakan saat itu. 

Tapi entah apa yang ia rasakan padaku. Saat itu semua teman-teman dikelasku menyorakiku "Cieeee" kata mereka dengan kompak, dan terus menerus menyorakiku. Aaku tidah hiraukan sorakan itu. Yap, akhirnya dia mengalah, dan aku yang di tes duluan oleh guruku.
Dan setelah itu, sahabatku bilang "Cie Divi" kata Sonia. “Apaan sih, aku tuh ga suka sama dia" kataku mengelak. "oh yasudah, aku kan hanya bercanda" balasnya. Sejak saat itu kami berdua sering di ejek oleh teman-teman karena kedekatanku dengan dia. Aku tidak tahu aku senang atau kesal pada perasaan yang aku rasakan ini. Aku tidak berani merasakan perrasaa ini, karena sudah ada seseorang yang lebih menyukainya daripadaku. Seseorang itu adalah sahabatku Sonia, juga menyukainya. Aku tidak tega untuk melukai ataupun menyakiti perasaan hatinya.
 Semakin lama aku dan Divo menjadi sangat dekat. Kami berdua sering smsan, bbman  dan mengobrol/bercanda bersama. Bel pulang pun berbunyi, menyatakan sudah selesainya pelajaran hari ini. Aku sedang berdua dengan Divo saat pulang sekolah untuk pulang bersama. Namun, di tengah perjalanan aku sangat terkejut, karena dia menyatakan cinta kepadaku "Div, emm..., aku mau ngomong sesuatu sama kamu", kata Divo, lalu aku menjawab "iya Divo, kamu mau ngomong apa sama aku?" balasku dengan perasaanku yang agak sedikit gelisah, lalu ia bilang "emm.. aku.. aku.." ''aku apa?" balasku memotong pembicaraannya, "emm... aku.. suka.. sama.. kamu, kamu mau ga jadi pacar aku? Maaf ya kalau kamu marah" kata Divo. Ternyata dugaanku benar, dia menembakku di saat perasaanku sedang tidak karuan. Aku bingung mau jawab apa, aku memang menyukainya, tetapi bagaimana dengan sahabatku, Sonia ? Sonia kan juga suka sama Divo, aku tidak mau untuk menyakiti hatinya, pikirku dalam hati. Aku terdiam, dan menjawab "hmm, aku ga marah kok sama kamu Divo, tapi soal pertanyaan itu, nanti dulu deh, aku pikir-pikir dulu. Gapapakan?" jawabku datar. Ia pun menjawab "yasudah sampai kapanpun aku akan menunggu jawaban dari kamu, Divi" kata Divo, "iya, terimakasih ya" jawabku singkat.


Sejak saat itu aku merasa jauh darinya, dan mungkinn diapun merasakan itu padaku. lalu ia bertanya kepadaku "Bagaimana dengan jawabanmu, Div? apa kau menerimaku? aku benar-benar suka dan sayang sama kamu" kata Divo. Pada saat yang bersamaan, ternyata saat Divo bilang seperti itu, tanpa disadari Sonia dan beberapa sahabatku yang lainnya mendengar pembicaraan antara aku dan Divo
"ehemm, ada yang lagi tembak-tembakan nih" kata rizky, sahabat Divo,
"ciee, sudah terima, terima" kata Viola. Aku diam, aku menatap wajah putri, dan sepertinya ia mengiyakan, tetapi jika aku menerima Divo pasti Sonia sangatlah sakit hati padaku, aku juga tidak mau persahabatan aku dengan dia menjadi terpecah belah. Lalu Sonia meninggalkan kami berdua. Perasaan bersalah pun menyelimutiku. Aku pergi mengejar Sonia. Dia menangis, aku minta maaf kepada Sonia, dan diapun memaafkanku. Lalu aku pergi menemui Divo dan berbicara sesuatu yang sebenarnya tidak ingin aku katakan, tetapi apa daya ini untuk kebaikan persahabatanku.
Akupun memulai pembiacaraan ini, "Divo, kamu benar suka sama aku ?" kataku, 
"iya, aku sangat suka sayang padamu Diva", balas Divo. 
"kalo memang kamu suka sama aku, kamu jauhkan aku, Dio. Dan kamu lebih baik pacaran dengan Sonia, dan dia juga mempunyai perasaan yang sama denganmu" kataku. 
"tapi aku sayangnya sama kamu Diva, bukan sama Sonia. Tapi kalau itu mau kamu, yasudah aku akan lakukan" jawabnya "terimakasih ya, kamu memang cowok yang baik Divo". Lalu sejak saat itu Divo mendekati Sonia, dan setelah beberapa waktu, mereka jadian. Aku sedih tetapi aku juga senang, aku cemburu setiap mereka berdua. Tetapi aku yang memintanya, dan akupun harus menerimanya. Aku tidak mau egois. Setelah itu Divo datang padaku, dan ia bilang "ini kan maumu Diva? Walaupun sekarang aku pacaran dengan Sonia dan belum mencintainya, tetapi perasaanku masih sangat mencintaimu, tapi aku akan berusaha untuk mencintainya dan melupakanmu" dan sebelum aku bilang apapun padanya, dia sudah pergi meninggalkanku. Dan dari sinilah aku mendapat pengalaman, aku harus menerima resiko apa yang telah aku katakan, mencintai tidak harus memilikinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar