Cinta Dan Sahabat
Namaku
Divi . Aku bersekolah di Sekolah Menengah Akhir . Umurku, 15 tahun . Disekolah, aku mempunyai 4 sahabat yang sangat baik sekali padaku, mereka adalah Della, Bella, Sonia, dan Devi. Kami berlima selalu bermain bersama, tertawa, ataupun
bercanda. Pada
jam pelajaran pertama, semua teman sekelasku menuju lab untuk melakukan
praktek. Semua temanku ingin jadi yang pertama pada praktek tersebut, tak
ketinggalan aku pun juga ingin jadi yg pertama melakukan praktek itu. Aku
berlari menuju bengku didepan meja guru. Namun, ketika aku duduk, seseorang juga duduk di bangku itu. Mau
bagaimana lagi, aku dan dia
duduk dibangku yg sama. Setelah aku perhatikan lebih dekat ternyata seseorang yg duduk disebelahku itu adalah Divo. Ya, Divo. Aldivo Arlando.
Seorang anak cowok yang berwajah tampan, dan juga berotak cukup cerdas
sekaligus selalu menjadi perhatian para cewek dikelasku. Tidak sengaja, saat itu kami saling memandang, aku merasakan ada
sesuatu yang aneh saat itu, Hatiku berdegup kencang. Aku tidak tahu, perasaan apa yang
sebenarnya aku rasakan saat itu.
Tapi entah apa yang ia rasakan
padaku. Saat itu semua teman-teman dikelasku menyorakiku "Cieeee" kata mereka dengan kompak, dan terus menerus menyorakiku. Aaku
tidah hiraukan sorakan itu. Yap, akhirnya dia mengalah, dan aku yang di tes duluan oleh guruku.
Dan setelah itu, sahabatku bilang "Cie Divi" kata Sonia. “Apaan sih, aku tuh ga suka sama dia" kataku mengelak. "oh
yasudah, aku kan hanya bercanda" balasnya. Sejak saat itu kami berdua sering
di ejek
oleh teman-teman karena kedekatanku dengan dia. Aku tidak tahu aku senang atau kesal
pada perasaan yang aku rasakan ini. Aku tidak berani merasakan perrasaa ini, karena sudah ada seseorang yang
lebih menyukainya daripadaku. Seseorang itu adalah sahabatku Sonia, juga menyukainya. Aku tidak tega untuk melukai
ataupun menyakiti perasaan
hatinya.
Semakin
lama aku dan Divo
menjadi sangat dekat. Kami berdua sering smsan, bbman dan mengobrol/bercanda bersama. Bel pulang pun berbunyi, menyatakan sudah
selesainya pelajaran hari ini. Aku sedang berdua dengan Divo saat pulang sekolah untuk pulang bersama. Namun, di tengah
perjalanan aku
sangat terkejut, karena dia menyatakan cinta
kepadaku "Div, emm...,
aku mau ngomong sesuatu
sama kamu", kata
Divo, lalu
aku menjawab "iya
Divo, kamu mau ngomong apa sama aku?" balasku dengan perasaanku yang agak sedikit gelisah, lalu ia bilang "emm.. aku.. aku.." ''aku apa?" balasku memotong pembicaraannya, "emm... aku.. suka.. sama.. kamu, kamu mau ga jadi
pacar aku?
Maaf ya kalau kamu marah" kata Divo. Ternyata
dugaanku benar, dia menembakku di saat perasaanku sedang tidak karuan. Aku bingung mau jawab apa, aku memang menyukainya, tetapi bagaimana dengan sahabatku, Sonia ? Sonia kan juga suka sama Divo, aku tidak mau untuk menyakiti hatinya, pikirku dalam hati. Aku terdiam, dan menjawab "hmm, aku
ga marah kok sama kamu Divo, tapi soal pertanyaan itu, nanti dulu deh, aku pikir-pikir dulu.
Gapapakan?" jawabku
datar. Ia pun menjawab "yasudah sampai
kapanpun aku akan menunggu jawaban dari kamu, Divi" kata Divo, "iya, terimakasih
ya"
jawabku singkat.
Sejak saat itu aku merasa jauh darinya, dan mungkinn diapun merasakan itu padaku. lalu ia bertanya kepadaku "Bagaimana dengan jawabanmu, Div? apa kau menerimaku? aku benar-benar suka dan sayang sama kamu" kata Divo. Pada saat yang
bersamaan, ternyata saat Divo bilang seperti itu, tanpa disadari Sonia dan beberapa sahabatku yang lainnya mendengar pembicaraan antara aku dan
Divo.
"ehemm, ada yang lagi tembak-tembakan nih" kata rizky,
sahabat Divo,
"ciee, sudah terima, terima" kata Viola. Aku diam, aku
menatap wajah putri, dan sepertinya ia mengiyakan, tetapi jika aku menerima Divo
pasti Sonia sangatlah sakit hati padaku, aku juga tidak mau persahabatan aku
dengan dia menjadi terpecah belah. Lalu Sonia
meninggalkan kami
berdua. Perasaan bersalah pun
menyelimutiku. Aku pergi mengejar Sonia. Dia menangis, aku minta maaf kepada Sonia, dan diapun memaafkanku. Lalu aku pergi menemui Divo dan berbicara
sesuatu yang sebenarnya tidak ingin aku katakan, tetapi apa daya ini untuk
kebaikan persahabatanku.
Akupun memulai pembiacaraan ini, "Divo, kamu benar suka sama aku ?" kataku,
"iya, aku sangat suka sayang padamu Diva", balas Divo.
"kalo memang kamu suka sama aku, kamu jauhkan aku, Dio. Dan kamu lebih baik pacaran dengan Sonia, dan dia juga mempunyai
perasaan yang sama denganmu" kataku.
"tapi aku sayangnya sama kamu Diva, bukan sama Sonia. Tapi kalau itu mau kamu, yasudah aku
akan lakukan" jawabnya "terimakasih ya, kamu
memang cowok yang baik Divo".
Lalu sejak saat itu Divo mendekati Sonia, dan setelah beberapa waktu, mereka jadian. Aku sedih tetapi
aku juga senang, aku cemburu
setiap mereka berdua. Tetapi aku yang memintanya, dan akupun harus menerimanya. Aku tidak mau egois. Setelah itu Divo datang padaku, dan ia
bilang "ini kan maumu Diva? Walaupun sekarang aku pacaran dengan Sonia dan belum mencintainya, tetapi perasaanku masih sangat mencintaimu, tapi aku akan berusaha
untuk mencintainya dan melupakanmu" dan sebelum aku bilang apapun padanya, dia sudah pergi meninggalkanku. Dan dari sinilah aku
mendapat pengalaman, aku harus menerima resiko apa yang telah aku katakan,
mencintai tidak harus memilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar