calendar


Sabtu, 14 April 2012

NAFA MAHENSA


     Sweet Seventeen     



*Pada malam hari*

Pukul 20.15, sesuai dengan ritual tahunan yang biasa Manda lakukan, malam ini, setelah shalat isya, Manda nangkring di atap rumah. Dengan membawa perlengkapan wajibnya seperti jaket, selimut, topi, cemilan, kopi, hape, dan payung, aku akan menghabiskan malam di atas genteng sampai Subuh. Begitulah caranya menyambut bertambahnya usia, introspksi ditempat yang sepi sambil menikmati keindahan alam di malam hari. Melihat kilauan bintang dan terang bulan, menikmati kesunyian dan kadang malah lihat maling. Karena, tahun lalu saat Manda sedang ritual, dia melihat maling yang sedang mengincar rumah tetangganya. Manda pun tak tinggal diam dan dia langsung melempar maling tersebut dengan sendal yang digunakannya, lalu maling tersebut lalu maling tersebut menengok mencari orang yang melemparinya sendal dan mereka pun malihat ke arahnya, tapi mereka langsung lari terbirit-birit karana Manda sengaja menyelimuti dirinya dengan kain putih dah tertawa seperti kuntilanak.

“Neng, turun atuh, kaya monyet aja di genteng. Nanti kalo neng jatuh, malah bibi yang diomelin sama ibu bapak!” Bi Nah berteriak-teriak khawatir melihatnya nangkring di atas genteng.
“Tenang bi, aku kan sudah berpengalaman, jadi ga bakalan jatuh. Lagian bibi ga usah khawatir deh, ayah bunda ga bakalan marahin bibi, mereka kan udah ga peduli sama aku.” saut Manda.
“Huuus, neng teh ngomong apa sih? Ga boleh atuh berpikiran jelek sama orangtua, ibu bapak teh sayang pisan sama neng Manda, kalau ga, mereka ga mungkin kerja keras demi sekolahin neng setinggi-tingginya.” Jawab bibi.
“Tapi nyatanya mereka lebih memilih dinas ke luar kota dari pada merayakan ulang tahunku, mereka itu gila kerja bi, sampe mereka lupa kalau mereka itu punya anak.”
“Itu mah namanya prosesionalitas neng.”
“Ya itu neng, maksud bibi, jadi bukan karena mereka ga sayang sama neng Manda, lagian kan neng sudah biasa ulang tahun tanpa mereka, kok protesnya baru sekarang?” jawab bibi.

“Masalahnya ulang tahunku yang sekarang kan special bi, sweet seventeen githu loh!” Manda jawab kesal.
“Swit sepentin itu apa neng?” Tanya bibi kepada Manda.
“Maksudnya 7 tahun bi, umur 17 tahun kan umur yang istimewa, umur menuju kedewasaan dan aku ingin di hari yang istimewa ini aku di temani sama orang-orang yang aku sayangin, termasuk ayah bunda, walaupun ga ada pesta besar-besaran.” Jawab Manda.
“Sudahlah neng ga usah sedih gitu, kan ada bibi yang selalu nemenin neng Manda, mungkin bibi bukan siapa-siapanya neng Manda, tapi bibi sayang banget sama neng kaya anak bibi sendiri…”
“Yee, bibi itu orangtua aku juga kok, aku juga sayang banget sama bibi. Oh ya, Bibi masuk gih, udaranya dingin banget, nanti bibi sakit loh!”
“Terus neng Manda gimana?”
“Ya aku akan terus disini sampe subuh.”
“Tapi kan udaranya dingin banget neng!”
“Aku udah punya persiapan jaket dan selimut tebal bi, jadi ga usah khawatir.”
“Tapi banyak nyamuk…”
“Aku sudah pakai lotion anti nyamuk, tenang saja.”
“Trus kalo nanti neng lapar gimana?”
“Bibi, aku kan sudah berpengalaman, jadi aku bawa cemilan banyak banget. Bibi tenang aja deh, aku ga bakal mati disini ko.”
“Ya sudah bibi masuk, tapi kalo neng butuh apa-apa panggil bibi aja ya!”
“Oke, nanti aku telfon!”

Manda pun melihat ke arah jam tangannya yang menunjukan sudah pukul 20.40, dia pun segera memulai ritualnya dengan bersyukur kepada tuhan karena sampai hari ini ia masih di berikan umur panjang dan kebahagiaan. Setelah itu, ia mendengarkan musik dari handphonenya sambil menikmati indahnya malam yang ia lihat hanya setahun sekali. Berkali-kali hembusan angin menyergap tubuhnya dengan kencang sehingga membuat dirinya menggigil, tapi itu semua tidak menggoyahkan hatinya untuk turun dari atap karma dia akan tetap nangkring di atap hingga subuh tanpa tidur! SEMANGAT!
Pada pukul 22.15 tanpa sengaja pandangannya terarah pada sepasang cewek dan cowok sedang boncengan motor, dan motor itu berhenti tepat di depan rumah Byan (sahabat Manda sejak kecil dan ia pun menyukai Byan). Ternyata cowok itu adalah Byan dan ceweknya adalah Sari (Teman satu organisasi Manda di komplek rumah)! Dan Manda pun CEMBURU melihat kedekatan mereka berdua.
Oh ya, manda memulai ritual ini sejak 4 tahu yang lalu dimana Byan selalu ada untuk menemaninya. Dia selalu datang pas pukul 12 malam untuk ngucapin selamat malam padanya dan menemani Manda ngobrol hingga subuh. Dan malam ini Manda bertanya-tanya,

“apakah Byan akan datang malam ini?  Entahlah… mungkin dia lupa kali sama ulang tahunku, buktinya tadi aja pas ketemu di sekolah, dia sama sekali ga bahas soal ulang tahunku.“
“Wajar aja si, aku kan bukan siapa-siapanya dia hhaha..”
“Oh tuhan inikah kejutan yang kau berikan kepadaku di hari yang seharusnya menjadi hari yang bahagia bagiku?”

Biasanya Byan selalu meminjamkan pundaknya kepada Manda saat ia sedang merasa sendiri, tapi kini Byan pun tidak ada.

“Akh ko aku nangis sih? Cengeng banget deh! Aku kan sudah biasa ulang tahun tanpa banyak orang, aku harus gembira, ga boleh sedih  lagi percuma juga aku sedih, gakan ada yang mau menghiburku, jadi aku harus jadi Manda yang kuat, SEMANGAT Manda!”

*Dalam tidurnya ia bermimpi*

“Ya ampun neng Manda kenapa tidur di genteng? Nanti kalau jatuh gimana?” Jerit Bi Nah yang membutnya kaget dan matanya menjadi melek.
“Bibi ngagetin saja deh, lebai!” omel Manda kepada bibi.



“Ya maaf atuh neng, bibi Cuma khawatir liat neng Manda tidur di genteng, emang jang Byan mana neng? Biasanya kan di temani jang Byan!”
“Sudah deh bi, jangan sebut-sebut nama itu lagi, aku bete dengernya!”
“Yasudah neng turun, sebentar lagi kan mau Subuh, ayo kita ke masjid bareng!”
“Iya Bi.” Kata Manda sambil turun dari atap.
“Neng Manda selamat ulang tahun ya, swit sepentin..” Bi Nah mengucapkan pada Manda sambil memeluknya.
“Makasih ya bi, aku sayang banget sama bibi..”
“Yasudah, ayo kita shalat, bibi sudah bawakan mukena punya neng.”

Pukul 05.15 setelah Manda pulang dari masjid…


Happy Birthday Manda!” Ternyata di ruang tamu terdapat banyak sekali teman sekolah, satu organisasi dan yang paling surprise adalah kehadiran kedua orangtuanya.


“Selamat ulang tahun ya sayang! Ternyata anak bunda sudah besar ya?” Kata bundanya sambil memeluk Manda.
“Ayah bunda sengaja pulang cepat untuk bias merayakan ulang tahunmu ini, kan katanya sweet seventeen, jadi kami sebagai orangtua ingin mengantarkan anak kami menuju kedewasaan.” Kata ayah.
“Terima kasih ayah bunda, aku kira kalian ga bisa dateng.” Manda pun terharu.
“Manda sayang selamat ulang tahun ya, sorry semalem gua ga bisa nemenin lu, sumpah, gue ketiduran, tapi gue dan temen-temen organisasi punya banyak kado buat lu, kemarin kami nyari kado sampe larut malem buat lu.” Kata Byan mewakili teman organisasi.
“Jadi lo ga pergi berduaan sama Sari?”
“Oh tadi malem lu liat ya? Ya ga lah, Sari nganterin gua pulang naik motornya, kan lu tau kalo ban motor gua lagi pecah dan ada di bengkel.”
“Ya ampun Manda, jadi lu pikir gua dan Byan jadian gitu? Gak mungkinlah, Byan kan sukanya sama lu, ups keceplosan…!” seru Sari.




Muka Byan menjadi merah karna menahan malu dari perkataan Sari dan Manda pun juga malu.

“Naah, karna Manda belum mandi, ayo kita rame-rame mandiin Manda!” Byan dan yang lainnya mengangkat tubuh Manda dan dengan teganya melempar Manda ke kolam renang.

*Manda pun terbangun*

“Bluuuk!”
“Wadaaw, sakeet!” jerit Manda sangat kencang.
“Ya ampun kenapa neng? Neng Manda jatuh dari genteng ya?” seru bi Nah sambil membantunya bangun.
“Aduh sakit banget bi, kayanya tulangku patah ni!” erang kesakitan.
“Neng tidur di genteng ya? Mana jang Byan?”
“Duh, jangan bahas nama itu lagi bi, yang ada kakiku tambah sakit nih!”
“Yasudah ayo kita ke rumah sakit. Tunggu disini dulu, bibi mau ambil dompet.”



*Sesampainya di Rumah Sakit*

“Sial, sial, sial, ulang tahun sweet seventeen aku malah masuk rumah sakit.kaki kirku patah gara-gara aku jatuh dari genteng, trus ga seperti mimpi yang indah itu, di rumah sakit aku Cuma ditemani sama bi Nah, ga ada orangtua apalagi teman-teman, kata bi Nah si dia udah telfon ayah bunda tapi mereka belum bisa pulang karena kerjaan mereka belum selesai dan baru bisa pulang besok.” Keluh Manda yang hanya dikirimi bunga mawar oleh orangtuanya.
“Manda Happy sweet seventeen ya, kenapa lu?” Manda melihat sosok Byan ada di hadapannya.



“Byan?” Manda agak senang akan kehadirannya.
“Iya ini gua Nda, lu ga kenapa-kenapa kan?” Byan menggenggam erat tangan Manda dan Manda yakin ini bukan mimpi.
“Lu kesini sama siapa Yan? Sendiri?” Tanya Manda.
“Gak, gua kesini sama… Sari. Nda, sebenernya gua mau bilang kalo gua baru jadian sama Sari, semalam gua nembak dia dan ….”

Duaaar! Bagai petir besar yang menyambar tubuhnya, Manda menjadi shocked medengar perkataan Byan tadi, apalagi saat Manda melihat sosok Sari yang berjalan mendekatinya dan berdiri disamping Byan, mereka terlihat sangat serasi.
“Gua denger dari bi Nah lu jatuh dari genteng? Lagian lu itu kan cewek, jadi ngapain naik-naik ke genteng?” Tanya Sari kepada Manda yang membuatnya menjadi kesal.
“Byan, Sari, sorry bukannya gua ngusir, tapi gau mau istirahat!” Manda langsung membalikan badannya membelakangi mereka. Karena dia sudah tidak tahan untuk menahan air matanya akibat menahan perasaannya dari Byan.
“Neng, selamat ulang tahun ya, neng jangan sedih, neng harus inget masih ada bibi disini yang akan selalu menyayangi neng, jadi neng ga usah sedih ya.” Bi Nah sangat tahu perasaan yang sedang dialami oleh Manda, karna bi Nah telah mengurus Manda sejak ia masih kecil.
“Tuhan, di sweet seventeen ini walau jiwa dan ragaku ini sakit, aku sangat bersyukur karena kau masih sisakan bi Nah yang akan terus menyayangi aku sepenuh jiwanya. Bukankah manusia itu diciptakan untuk senantiasa bersyukur kepadamu? Sekecil apapun nikmat yang telah engkau berikan, Karena hidup bukan untuk meratapi derita….” Ucap syukur Manda kepadaTuhan.
 
Itulah pelajaran hidup yang telah ia rasakan di ultahnya yang ke 17 tahun (Sweet Seventeen).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar