Sweet
Seventeen
*Pada malam
hari*
Pukul 20.15, sesuai dengan
ritual tahunan yang biasa Manda lakukan, malam ini, setelah shalat isya, Manda
nangkring di atap rumah. Dengan membawa perlengkapan wajibnya seperti jaket,
selimut, topi, cemilan, kopi, hape, dan payung, aku akan menghabiskan malam di
atas genteng sampai Subuh. Begitulah caranya menyambut bertambahnya usia,
introspksi ditempat yang sepi sambil menikmati keindahan alam di malam hari.
Melihat kilauan bintang dan terang bulan, menikmati kesunyian dan kadang malah
lihat maling. Karena, tahun lalu saat Manda sedang ritual, dia melihat maling
yang sedang mengincar rumah tetangganya. Manda pun tak tinggal diam dan dia
langsung melempar maling tersebut dengan sendal yang digunakannya, lalu maling
tersebut lalu maling tersebut menengok mencari orang yang melemparinya sendal
dan mereka pun malihat ke arahnya, tapi mereka langsung lari terbirit-birit
karana Manda sengaja menyelimuti dirinya dengan kain putih dah tertawa seperti
kuntilanak.
“Neng, turun atuh, kaya
monyet aja di genteng. Nanti kalo neng jatuh, malah bibi yang diomelin sama ibu
bapak!” Bi Nah berteriak-teriak khawatir melihatnya nangkring di atas genteng.
“Tenang bi, aku kan sudah berpengalaman,
jadi ga bakalan jatuh. Lagian bibi ga usah khawatir deh, ayah bunda ga bakalan
marahin bibi, mereka kan
udah ga peduli sama aku.” saut Manda.
“Huuus, neng teh ngomong apa
sih? Ga boleh atuh berpikiran jelek sama orangtua, ibu bapak teh sayang pisan
sama neng Manda, kalau ga, mereka ga mungkin kerja keras demi sekolahin neng
setinggi-tingginya.” Jawab bibi.
“Tapi nyatanya mereka
lebih memilih dinas ke luar kota
dari pada merayakan ulang tahunku, mereka itu gila kerja bi, sampe mereka lupa
kalau mereka itu punya anak.”
“Itu mah
namanya prosesionalitas neng.”
“Ya itu neng, maksud bibi,
jadi bukan karena mereka ga sayang sama neng Manda, lagian kan neng sudah biasa ulang tahun tanpa
mereka, kok protesnya baru sekarang?” jawab bibi.
“Masalahnya ulang tahunku yang
sekarang kan special bi, sweet seventeen
githu loh!” Manda jawab kesal.
“Swit sepentin itu apa neng?”
Tanya bibi kepada Manda.
“Maksudnya 7 tahun bi, umur 17
tahun kan umur yang istimewa, umur menuju kedewasaan dan aku ingin di hari yang
istimewa ini aku di temani sama orang-orang yang aku sayangin, termasuk ayah
bunda, walaupun ga ada pesta besar-besaran.” Jawab Manda.
“Sudahlah neng ga usah sedih
gitu, kan ada
bibi yang selalu nemenin neng Manda, mungkin bibi bukan siapa-siapanya neng
Manda, tapi bibi sayang banget sama neng kaya anak bibi sendiri…”
“Yee, bibi itu orangtua aku juga
kok, aku juga sayang banget sama bibi. Oh ya, Bibi masuk gih, udaranya dingin
banget, nanti bibi sakit loh!”
“Terus neng Manda gimana?”
“Ya aku akan terus disini
sampe subuh.”
“Tapi kan udaranya dingin banget neng!”
“Aku udah punya persiapan
jaket dan selimut tebal bi, jadi ga usah khawatir.”
“Tapi banyak nyamuk…”
“Aku sudah pakai lotion
anti nyamuk, tenang saja.”
“Trus kalo nanti neng
lapar gimana?”
“Bibi, aku kan sudah berpengalaman,
jadi aku bawa cemilan banyak banget. Bibi tenang aja deh, aku ga bakal mati
disini ko.”
“Ya sudah bibi masuk, tapi
kalo neng butuh apa-apa panggil bibi aja ya!”
“Oke, nanti aku telfon!”
Manda pun melihat ke arah jam
tangannya yang menunjukan sudah pukul 20.40, dia pun segera memulai ritualnya
dengan bersyukur kepada tuhan karena sampai hari ini ia masih di berikan umur
panjang dan kebahagiaan. Setelah itu, ia mendengarkan musik dari handphonenya
sambil menikmati indahnya malam yang ia lihat hanya setahun sekali. Berkali-kali
hembusan angin menyergap tubuhnya dengan kencang sehingga membuat dirinya
menggigil, tapi itu semua tidak menggoyahkan hatinya untuk turun dari atap
karma dia akan tetap nangkring di atap hingga subuh tanpa tidur! SEMANGAT!
Pada pukul 22.15 tanpa sengaja
pandangannya terarah pada sepasang cewek dan cowok sedang boncengan motor, dan
motor itu berhenti tepat di depan rumah Byan (sahabat Manda sejak kecil dan ia
pun menyukai Byan). Ternyata cowok itu adalah Byan dan ceweknya adalah Sari
(Teman satu organisasi Manda di komplek rumah)! Dan Manda pun CEMBURU melihat
kedekatan mereka berdua.
Oh ya, manda memulai ritual
ini sejak 4 tahu yang lalu dimana Byan selalu ada untuk menemaninya. Dia selalu
datang pas pukul 12 malam untuk ngucapin selamat malam padanya dan menemani
Manda ngobrol hingga subuh. Dan malam ini Manda bertanya-tanya,
“apakah Byan akan datang
malam ini? Entahlah… mungkin dia lupa
kali sama ulang tahunku, buktinya tadi aja pas ketemu di sekolah, dia sama
sekali ga bahas soal ulang tahunku.“
“Wajar aja si, aku kan bukan siapa-siapanya
dia hhaha..”
“Oh tuhan inikah kejutan
yang kau berikan kepadaku di hari yang seharusnya menjadi hari yang bahagia
bagiku?”
Biasanya Byan selalu
meminjamkan pundaknya kepada Manda saat ia sedang merasa sendiri, tapi kini
Byan pun tidak ada.
“Akh ko aku nangis sih?
Cengeng banget deh! Aku kan
sudah biasa ulang tahun tanpa banyak orang, aku harus gembira, ga boleh
sedih lagi percuma juga aku sedih, gakan
ada yang mau menghiburku, jadi aku harus jadi Manda yang kuat, SEMANGAT Manda!”
*Dalam
tidurnya ia bermimpi*
“Ya ampun neng Manda
kenapa tidur di genteng? Nanti kalau jatuh gimana?” Jerit Bi Nah yang membutnya
kaget dan matanya menjadi melek.
“Bibi ngagetin saja deh,
lebai!” omel Manda kepada bibi.
“Ya maaf atuh neng, bibi
Cuma khawatir liat neng Manda tidur di genteng, emang jang Byan mana neng?
Biasanya kan
di temani jang Byan!”
“Sudah deh bi, jangan
sebut-sebut nama itu lagi, aku bete dengernya!”
“Yasudah neng turun,
sebentar lagi kan
mau Subuh, ayo kita ke masjid bareng!”
“Iya Bi.” Kata Manda
sambil turun dari atap.
“Neng Manda selamat ulang
tahun ya, swit sepentin..” Bi Nah mengucapkan pada Manda sambil memeluknya.
“Makasih ya bi, aku sayang
banget sama bibi..”
“Yasudah, ayo kita shalat,
bibi sudah bawakan mukena punya neng.”
Pukul 05.15 setelah Manda
pulang dari masjid…
“Happy Birthday Manda!” Ternyata di ruang tamu terdapat banyak
sekali teman sekolah, satu organisasi dan yang paling surprise adalah kehadiran
kedua orangtuanya.
“Selamat ulang tahun ya
sayang! Ternyata anak bunda sudah besar ya?” Kata bundanya sambil memeluk
Manda.
“Ayah bunda sengaja pulang
cepat untuk bias merayakan ulang tahunmu ini, kan katanya sweet seventeen, jadi kami
sebagai orangtua ingin mengantarkan anak kami menuju kedewasaan.” Kata ayah.
“Terima kasih ayah bunda,
aku kira kalian ga bisa dateng.” Manda pun terharu.
“Manda sayang selamat
ulang tahun ya, sorry semalem gua ga bisa nemenin lu, sumpah, gue ketiduran,
tapi gue dan temen-temen organisasi punya banyak kado buat lu, kemarin kami
nyari kado sampe larut malem buat lu.” Kata Byan mewakili teman organisasi.
“Jadi lo ga pergi berduaan
sama Sari?”
“Oh tadi malem lu liat ya?
Ya ga lah, Sari nganterin gua pulang naik motornya, kan lu tau kalo ban motor gua lagi pecah dan
ada di bengkel.”
“Ya ampun Manda, jadi lu
pikir gua dan Byan jadian gitu? Gak mungkinlah, Byan kan sukanya sama lu, ups keceplosan…!” seru
Sari.
Muka Byan menjadi merah karna
menahan malu dari perkataan Sari dan Manda pun juga malu.
“Naah, karna Manda belum
mandi, ayo kita rame-rame mandiin Manda!” Byan dan yang lainnya mengangkat
tubuh Manda dan dengan teganya melempar Manda ke kolam renang.
*Manda pun
terbangun*
“Bluuuk!”
“Wadaaw, sakeet!” jerit
Manda sangat kencang.
“Ya ampun kenapa neng?
Neng Manda jatuh dari genteng ya?” seru bi Nah sambil membantunya bangun.
“Aduh sakit banget bi,
kayanya tulangku patah ni!” erang kesakitan.
“Neng tidur di genteng ya?
Mana jang Byan?”
“Duh, jangan bahas nama
itu lagi bi, yang ada kakiku tambah sakit nih!”
“Yasudah ayo kita ke rumah
sakit. Tunggu disini dulu, bibi mau ambil dompet.”
*Sesampainya
di Rumah Sakit*
“Sial, sial, sial, ulang
tahun sweet seventeen aku malah masuk rumah sakit.kaki kirku patah gara-gara
aku jatuh dari genteng, trus ga seperti mimpi yang indah itu, di rumah sakit
aku Cuma ditemani sama bi Nah, ga ada orangtua apalagi teman-teman, kata bi Nah
si dia udah telfon ayah bunda tapi mereka belum bisa pulang karena kerjaan
mereka belum selesai dan baru bisa pulang besok.” Keluh Manda yang hanya
dikirimi bunga mawar oleh orangtuanya.
“Manda Happy sweet
seventeen ya, kenapa lu?” Manda melihat sosok Byan ada di hadapannya.
“Byan?” Manda agak senang
akan kehadirannya.
“Iya ini gua Nda, lu ga
kenapa-kenapa kan?”
Byan menggenggam erat tangan Manda dan Manda yakin ini bukan mimpi.
“Lu kesini sama siapa Yan?
Sendiri?” Tanya Manda.
“Gak, gua kesini sama…
Sari. Nda, sebenernya gua mau bilang kalo gua baru jadian sama Sari, semalam
gua nembak dia dan ….”
Duaaar! Bagai petir besar yang menyambar tubuhnya, Manda
menjadi shocked medengar perkataan
Byan tadi, apalagi saat Manda melihat sosok Sari yang berjalan mendekatinya dan
berdiri disamping Byan, mereka terlihat sangat serasi.
“Gua denger dari bi Nah lu
jatuh dari genteng? Lagian lu itu kan
cewek, jadi ngapain naik-naik ke genteng?” Tanya Sari kepada Manda yang
membuatnya menjadi kesal.
“Byan, Sari, sorry
bukannya gua ngusir, tapi gau mau istirahat!” Manda langsung membalikan
badannya membelakangi mereka. Karena dia sudah tidak tahan untuk menahan air
matanya akibat menahan perasaannya dari Byan.
“Neng, selamat ulang tahun
ya, neng jangan sedih, neng harus inget masih ada bibi disini yang akan selalu
menyayangi neng, jadi neng ga usah sedih ya.” Bi Nah sangat tahu perasaan yang
sedang dialami oleh Manda, karna bi Nah telah mengurus Manda sejak ia masih
kecil.
“Tuhan, di sweet seventeen
ini walau jiwa dan ragaku ini sakit, aku sangat bersyukur karena kau masih
sisakan bi Nah yang akan terus menyayangi aku sepenuh jiwanya. Bukankah manusia
itu diciptakan untuk senantiasa bersyukur kepadamu? Sekecil apapun nikmat yang
telah engkau berikan, Karena hidup bukan untuk meratapi derita….” Ucap syukur
Manda kepadaTuhan.
Itulah pelajaran
hidup yang telah ia rasakan di ultahnya yang ke 17 tahun (Sweet Seventeen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar