calendar


Sabtu, 14 April 2012

MUGHNIY ALIF SYANI

CERITA HANTU DI MUSIM PANAS 

Musim panas … Cerita hantu ditengah malam … Hal apa yang membuatmu takut?. “Eeh ~~ aku dapat cerita ini dari seniorku, judulnya `Bangku terkutuk`” kata Mii. Semuanya dimulai karena kata-kata bodohnya. “Panas - panas begini enaknya kalau cerita soal hantu kan?” kata Reiichi. “Maksudnya acara cerita hantu? Aku bias meminjamkan kuil kami untuk acara itu.” kata Chiaki. Selamat siang, namaku Ai Iwasaki, anak tertua dari 3 bersaudara, beserta  Mai dan Mii, juga professor yang memaksa iku karena mendengar ada makanan, dan ditambah pendeta Mizuno (ayah Chiaki), kami bertujuh pun melakukan acara cerita hantu di kuil kosai, rumah Chiaki. “Lalu” Lanjut Mii “Setiap orang yang duduk di bangku itu akan dikutuk. Bangku itu awalnya milik anak kelas tiga sekolah Kohoku yang sangat suka belajar. Eh, sebut saja namanya si A ya. Katanya suatu saat si A sakit karena terlalu banyak belajar. Dokter menyarankan si A agar beristirahat dahulu.   Si A yang mendengar itu putus asa dan akhirnya memilih untuk bunuh diri dibanding tidak bisa belajar dengan cara memotong urat nadinya. Darahnya pun membuat bangku menjadi merah.” “Ini sih lebih pantas disebut cerita tragis daripada menyeramkan, lagipula mana ada orang yang mati gara-gara tidak bias belajar?” kata Ai. “Tapi itu masih merupakan awal dari cerita ini. Setelah kejadian itu tak ada seorangpun yang duduk di kursi itu selama bertahun-tahun dan bangku out diletakkan di pojok kelas. Semua orang tahu cerita si Adan tak ada yang mau mendudukinya karena takut akan kutukan. Suatu hari datanglah seorang siswa pindahan yang bernama… Ng,,, Ehh,,, sebut si B saja deh.”.”Mikir panjang -panjang hasilnya itu?” kata Ai. Mii melanjutkan ceritanya “Saat itu wali kelas lupa menceritakan tentang kejadian si A dan menyuruh si B untuk duduk di bangku itu. Tapi tak terjadi apa-apa pada si B. Dia malah terlihat cerita dan semua pun merasa lega. Suatu hari salah seorang anak dari kelas itu yang bernama ... Ehh ...” “Sebut saja si C” Potong Ai. “Oh, iya si C. Terima kasih Ai” kata Mii sambil melanjutkan ceritanya “Si C kelepasan bicara. Ia menceritakan kisah si A dan pada dasarnya si B adalah penakut. Cerita itu pun mengganggu si B. Setelah itu si B tidak konsentrasi belajar. Tapi, karena sudah kelas tiga si B pun akan menghadapi masa ujian. Si B akhirnya menambah jam belajarnya. Selama tiga hari dia belajar tanpa henti. Dan tibalah ... hari ujian. “kenapa ada kabut putih? Tubuhku ... tak bisa bergerak. Jangan-jangan ia mau mengutukku. Aku tak akan kalah!!!.” Pikir si B “Lho...? tubuhku menjadi lebih ringan. Rasanya aku bisa mengerjakan ujian ini. Aku menang...” TENG ... TENG... TENG ... bel pun berbunyi dan lembar jawaban si B ... kosong. Si B yang shock tidak bisa mengerjakan ujian berikutnya dengan baik. Dia pun loncat dari atap sekolah dan meninggalkan pesan yang berbunyi ‘Jangan duduk di bangku itu karena si A yang tempat belajarnya direbut akan mengutuk hingga mati’. Sampai sekarang tempat duduk itu masih ada di suatu kelas di sekolah Kohoku. Berhati-hatilah jangan sampai menduduki kursi itu ya...” Mii mengakhiri ceritanya. KRAUK ... KRAUK ... KRAUK ... KRAUK ... “Uukh!! Padahal Mii sudah susah payah menciptakan suasana seram tapi profesor malah makan dengan santainya. Memangnya profesor tidak takut dengan kutukan?” tanya Ai. “Takut kok.” Kata Kiyoshiro “Tapi kenapa dia bisa mati dengan mudahnya hanya karena tidak bisa mengerjakan ujian ya?” “Apa maksud profesor? Bukankah si B dikutuk si A agar tidak bisa mengerjakan ujian?” tanya Mai. “Tubuh kita hanya bisa digerakkan oleh diri kita sendiri, tak ada kutukan yang bisa menguasai seseorang.” Jawab Kiyoshiro. “Ooh, sebagai pendeta aku tertarik tentang pemikiran mengenai kutukan. Kalau bisa tolong anda jelaskan detektif Kiyoshiro” pinta pendeta Mizuno. “Baiklah, ini bayanganku setelah mendengar kasus tadi..” kata Kiyoshiro. “Ng? Kasus?” pikir Ai. “Akan kujelaskan secara perlahan.” Kata Kiyoshiro. “Tunggu dulu, sejak kapan cerita bangku terkutuk menjadi sebuah kasus?” potong Ai. “Pertama pikirkan keadaan si B saat itu” lanjut Kiyoshiro “dia belajar larut malam karena panik tidak bisa berkonsentrasi seperti yang diharapkannya. Di Amerika pernah ada eksperimen mengenai ‘Apa jadinya kalau manusia tidak tidur sama sekali’. Tidak tidur sama sekali memang tidak memberi dampak pada tubuhnya, tetapi otaknya menjadi terganggu. Dia akan melihat dan mendengar sesuatu. Saat ujian pun dia seperti itu. Meski tubuhnya terjaga tapi otaknya tertidur. Saat itulah dia seperti melihat kabut putih.”. “Oh, jadi begitu ya...” kata Ai. “ada contohnya” lanjut Kiyoshiro “Saat mengendarai kendaraan di jalan yang monoton, dia seperti melihat kabut putih. Tentu saja dia tidak benar-benar melihat kabut putih. Saat itu dia tertidur tapi dia hanya tidak menyadarinya. Sama seperti si B, selama ujian berlangsung dia tidak menyadari bahwa dirinya sedang tertidur.ketika ujian selesai dia terbangun karena suatu rangsangan. Tentu saja dia belum mengerjakan soal satu pun. Padahal kalau sebelumnya dia memilih untuk tidur pasti saat ini dia hidup...”. “Tapi..” pikir Ai “kalau saja si A tidak mengalirkan darahnya ke kursi itu dan kemudian mati, pasti si B bisa belajar dengan tenang. Apakah itu... tak bisa disebut... kutukan?” . “Sekarang giliranku” kata pendeta Mizuno “Ini adalah cerita hantu yang kudengar saat aku masih muda. Ada tempat yang dinamakan ~Bukit sosok kedua~ . Di bukit yang ada gunung yang tidak terlalu tinggi dan dikelilingi pepohonan yang rimbun, kita akan bertemu dengan sosok diri kita yang lain, jika kita naik pada hari berkabut. Begitulah rumor yang beredar. Lalu ada 3 anak muda yang ingin menguji keberaniannya. Mereka bernama Rinsho, Wakyo dan Denshii. Wakyo lah yang pertama naik ke bukit itu sambil membawa busur kesayangannya. Busur itu besar sekali hingga butuh kekuatan lebih dari orang biasa dan Wakyo membanggakandiri bahwa dialah satu-satunya yang bisa menggunakan busur itu. Karena malam semakin larut, maka Rinsho dan Denshii ke penginapan sedangkan Wakyo tinggal di bukit. Tiba-tiba hujan turun. Hujan yang setengah hangat berubah menjadi kabut tebal dan menyelubungi bukit. Pemandangan itu saja sudah terlihat seperti roh jahat. Kemudian pagi pun datang. Rinsho dan Denshii yang karena Wakyo tidak juga kembali akhirnya pergi melihat Wakyo. Bukit sosok kedua dikelilingi oleh tebing dan jalan satu - satunya hanyalah tangga batu. Di puncaknya ada menara pengawas yang hanya bisa dinaiki oleh satu orang. Dan ada di puncak menara itu ada Wakyo yang telah mati ... dan menusuk dadanya ... adalah panah milik Wakyo sendiri.”.”Hmmm...” pikir Reiichi “Hanya Wakyo yang bisa menggunakan pana itu kan?” “Benar” jawab pendeta Mizuno. “Kalau mati terkena panah itu berarti...” kata Reiichi “pelakunya adalah sosoknya yang lain”. “kau terlalu menakutkan” kata Ai, “Yang dikatakan Reiichi memang logis, tetapi...” kata Kiyoshiro. “Kasus masih belum selesai.” . “Lagi lagi kasus” pikir Ai ”Lalu dalam kondisi seperti itu bagaimana bisa membunuh Wakyo?” Kata Reiichi. “Bagaimana  kalau Denshii dan Rinsho yang jadi pelakunya? Kata Mai. “Ide yang bagus, tapi kalau begitu muncul satu keanehan lagi, kenapa mayat Wakyo dibawa ke atasmenara pengawas.” Kata Kiyoshiro. “Benar juga, selain susah tidak ada artinya juga sih” Pikir Mai. “Kesimpulannya mudah.” Kata Kiyoshiro “Apa kalian pernah mendengar cerita ~Monster Brocken~ ?”. hinz2003.jpg “Apa itu?” tanya semuanya. Kalau kita berdiri membelakangi matahari di puncak gunung saat muncul kabut maka bayangan kita akan terlihat di kabut yang berada di depan kita dan berbentuk monster. Itu adalah fenomena optik. Dalam bahasa inggris disebut glory atau brocken bow. Nama itu diambil dari gunung brocken yang merupakan puncak utama dari pegunungan Hartz di jerman” . “Hei, apa professor tahu bahwa bumi itu bulat? potong Ai “Ngomong apa kamu? Kalau bumi bulat maka semua orang akan terjatuh” jelas Kiyoshiro. “Hah, benar-benar orang yang sulit dimengerti.” Pikir Ai. “Akan kujelaskan secara berurutan” lanjut Kiyoshiro “Saat hujan telah reda, Wakyo membuat api unggun. Hari semakin malam. Setelah memastikan bahwa roh jahat tidak akan muncul, Wakyo memutuskan untuk tidur. Karena tanah yang basah tidak bisa digunakan untuk tidur, Wakyo memutuskan untuk naik ke menara pengawas dan disanalah ia terbunuh oleh dirinya sendiri.” “Maksudnya terbunuh oleh dirinya sendiri?” Tanya Mai. “sekarang ingatlah tentang fenomena brocken” kata Kiyoshiro “Api unggun yang ada di bawah menara pengawas sebagai pengganti matahari, lalu bayangan bukan muncul di depan tapi di atas. Wakyo yang menengadahkan kepalanya melihat… ada roh jahat disana. Wakyo pun melepaskan anak panahnya, tapi karena anak panah itu meluncur tegak lurus ke atas dan adanya gaya gravitasi, maka panah itu meluncur kembali dan menusuk dirinya sendiri. Pelakunya adalah Wakyo sendiri, analisa Reechi benar” “Hei, namaku Reiichi!!” potong Reiichi “Terserah…” kata Kiyoshiro sambil melanjutkan ceritanya “Akhirnya, bukit itu dinamakan ‘Bukit Sosok Kedua’ karena sejak dulu di bukit itu sering terjadi fenomena Brocken”. ”Profesor… luar biasa…” pikir Ai “Dia luar biasa karena bisa meganalisa cerita hantu secara logis”. “Ada apa Ai? Kau ingin ke toilet?” Tanya Kiyoshiro “TIDAK” teriak Ai. “Baiklah, yang terakhir adalah giliranku” kata Kiyoshiro “Ini adalah cerita menakutkan yang kualami sendiri. Suatu pagi aku terbangun dan suasana hari itu sangat cerah. Setiap orang menyapa satu sama lain. Benar-benar hari yang indah. Dan aku pun tertidur dengan puas. Lalu tiba - tiba,,, aku terbangun…” “Eh, maksudnya suasana yang menyenangkan itu hanya mimpi?” Tanya Mii. “Bagian mana yang menakutkannya?” Tanya Mai. “Yang menakutkannya adalah saat melihat mimpi itu, aku tidak merasakan bahwa itu adalah mimpi. Mimpi itu begitu nyata” jawab Kiyoshiro. “Sebenarnya apa yang ingin professor katakan?” Tanya Ai. “Bagaimana caranya… membedakan antara mimpi dan kenyataan?” kata Kiyoshiro. “Bukankah itu mudah? Karena sekarang ini kenyataan” kata Ai. “Oh ya?” kata Kiyoshiro “ Apa kamu bisa mengatakan dengan tegas, bahwa apa yang kita alami sekarang bukan mimpi seseorang?” . . . . “Acara cerita hantu waktu itu … cukup menyenangkan ya” kata Ai. “Apa?” kata Reiichi. “Cerita hantu?” kata Mii. “Memangnya kita mengadakan acara seperti itu?” Tanya Chiaki. “Kamu lagi ngomongin apa sih?” Tanya Mai…. Lalu… acara cerita hantu itu apa? Hanya mimpi? . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar