First Sight
Mata itu, mata yang selalu Mona
fikirkan sejak kejadian tadi pagi. Mona yang penasaran dengan cowok yang tak
sengaja berpapasan dengannya saat
game MOS di hari pertamanya itu, masih
memberkas jelas di otak Mona sorot matanya yang tajam itu. Tapi saat itu Mona
tidak berani untuk bertindak lebih jauh dengan perasaan penasarannya, Mona
meyakini bahwa perasaanya itu hanya
perasaan biasa yang tidak harus di beri tindakan lebih lanjut. Akhirnya masa masa Mos pun berakhir, saat
pembagian kelas Mona berharap bisa satu kelas dengannya tapi Mona langsung
membuang jauh jauh fikirannya itu. Mona menegaskan kepada dirinya sendiri kalo
ia sudah memiliki seseorang yang ia sayang, Yoga cowok yang sudah menemaninya selama hampir 3
bulan ini. Mona menyayanginya dan Mona yakin itu.
Dan
keesokan harinya langkah terkejutnya
Mona mengetahui, yang dia harapkan terkabul meskipun tidak sekelas, ternyata
kelas Mona berdampingan dengan kelas cowo yang membuatnya penasaran itu.
Sebenarnya Mona sangat penasaran dengan sosok sampai saat ini, Mona masih belum
mengetahui siapa namanya, ingin sekali Mona mencari tahu tentangnya, tapi iya
mengurungkan niatnya. Mona menegaskan dalam hatinya lebih baik tidak tahu apa
apa tentang dirinya. Tetapi tanpa ia
mencari tahu pun akhirnya ia tahu siapa dia, ia cowok yang suka menjadi bahan
obrolan teman teman ceweknya di kelasnya, namanya Aizar ia berasal dari
Bandung. Sejak saat itu Mona benar benar berhenti untuk memikirkannya atau
mencari tahu tentangnya. Mona tidak memperdulikan perasaan itu lagi. Mona
terlalu takut mempunyai perasaan yang lebih kepada Aizar. Akhirnya Mona memaksa
dirinya untuk tidak perduli kepadanya, menstop semua rasa penasaran gilanya itu
Hampir
satu tahun berlalu, entah mimpi apa yang membawa Mona harus kembali merasakan
perasaan yang dulu sudah dia buang jauh jauh dari fikirannya dan sekarang harus
dia ingat kembali. Siang itu ketika Mona sedang asik bermain handphone ketika
saat pengambilan nilai drama dikelasnya, tiba tiba gurunya menghampirinya dan
menyuruhnya datang ke ruangannya pada waktu istirahat nanti. Mona terkejut dan
hanya mengiyakan perintah gurunya itu, bermacam macam fikiran negatif pun sudah
berkeiaran bebas di pikiran Mona. “ Siang Ibu, maaf ada apa ya tadi ibu
memanggil saya?” Tanya Mona halus disertai gugup. “Gini nak untuk persiapan
wisuda untuk kelas 3 nanti, ibu memilih kamu untuk jadi pager ayunya, kamu
maukan menjadi pager ayunya?” pinta bu Wiwit. “Apa bu? Kenapa harus saya?”
Tanya Mona bingung. “jadi gini ibu sudah memasangkan kamu dengan teman satu
jurusan mu, itu loh yang ganteng, tinggi, putih, alisnya tebal, kamu pasti
kenal.! Itu anak sebelah kelas kamu.” Jawab si ibu semangaat 45. “Apa? Siapa
bu?” Tanya Mona lagi bingung, yang Mona ingat hanya temannya Adil yang tinggi
di kelas itu, tapi dia tidak putih. “ aduh itu loh yang cakep itu, ibu lupa
namanya yang ada Firman Firmannya itu” jawab si ibu sambil berusaha berfikir
lebih keras. “aduh saya tidak tahu bu saya Cuma tau Adil saja, nanti deh bu
saya cari tahu” jawab Mona.”iya si Adil juga ikut tapi dia sudah dengan
pasangan yang lain, nah kamu pasangan dengan temannya Adil itu, yaudah kamu
tulis nama dan no hape mu dulu nanti ibu hubungi untuk kabar selanjutnya,
oiya tolong sampaikan juga ya ke Adil
dan temannya itu untuk datang Sabtu depan, akan ada rapat, jangan sampai tidak
ya” si ibu menegaskan. “oh iya bu, saya permisi dulu, siang bu” buru buru Mona
keluar dari ruangan bu Wiwit.
Mona langsung menanyakan tentang cowok yang
bernama Firman itu ke teman temannya, “eh, lu tau ga cowok 10.4 yang namanya
ada Firmannya?” Mona bertanya tergesa gesa, “ga tau, emang kenapa si?” jawab
serempak teman temannya. “itu loh yg tinggi, putih, alis tebal, tau gaa?” Tanya
Mona lagi antusias. Salah satu teman Mona menjawab “setau gue yang ciri cirinya kaya gitu Cuma
si Aizar”. Mona terkejut “haa? Apa? Ada yang tau nama panjangnya Aizar?”. Jawab
temannya”nih gua ada Facebooknya ko,” buru buru Mona Melihatnya dan mereka
semua terkejut, ternyata nama panjang Aizar adalah Aizar Firman R. Mona
melongook super kaget. “emang kenapa si Mon?”
salah satu temannya penasaran. Mona menjawab polos “gue dipasangin jadi
abang none buat wisudaan kelas 3 nanti sama dia” jawab Mona sambil menghela
napas. “haaaa? Cieeee beruntung banget lo, sini gua aja yang gantiin kalo lu ga
mau” jawab semua teman Mona super duper antusias mempromosikan diri. “yeee
tampar bolak balik sini, wwllee hahaha” ledek Mona. Mona terlalu takut untuk
menanyakan tentang wisudaan itu kepada Aizar. Secara setiap kali berpapasan
dengan Aizar tatapan matanya selalu mengalihkan Mona dan tidak berani untuk
menyapanya untuk menanyakan hal itu.
Mona memutuskan tidak memberi tahunya.
Satu bulan telah berlalu sejak
kejadian itu, Mona sangat senang sekali untuk hari esok, ia tidak sabar untuk
ikut Tour dari sekolahnya besok, bukan tour besar, hanya tour kecil jadi hanya
beberapa orang yang ikut darisetiap kelas.
Pagi pagi sekali Mona sudah tiba di
sekolah, karena Bis berangkat pagi untuk menghindari macet, sambil menunggu
teman Mona duduk diam saja di koridor sekolah, dan Mona terkejut, melihat ada
Adil pintu masuk sekolah sedang menungu juga. “haa? Adil? Oh GOD seorang Adil
ikut tour kaya gini? Tumben aja? Ngapain coba, biasanya kalo ada Adil pasti ada
Aizar” bisik Mona dalam hati. Mona mencari cari sosok Aizar matanya stereo
melihat dari kanan kekiri, dan dari depan kebelakang. Ternyata benar saja Aizar
ada di dalam sekolah sedang duduk di dekat meja piket. Mona terpana melihatnya,
Aizar yang sedang mendengarkan musik. “very cool and sweet” Mona berbisik dalam
hati sambil tersenyum. Akhirnya semua rombongan naik ke bis dan Mona ternyata
satu bis dengan Aizar. Rini teman sebangku Mona dan teman didepan Mona aini dan
vitra, sedang asiknya bergosip tentang ke kagetan yang sama seperti yang Mona
rasakan mereka terkejut kenapa Aidil dan Aizar bisa ikut tour seperti ini,
disitu juga kata Aini Aizar punya pacar dan pacarnya juga ikut dalam tour ini.
“aaaaa, kenapa sakit waktu dengar Aizar punya pacar” bisik dalam hati Mona
kesal. Dan ternyata pacarnya itu duduk dibelakang Mona pada saat itu. Breg bre
breg down rasanya perasaan Mona. Mona berusaha mengabaikan perasaan kecewanya
itu.
Saat di bis Mona berusaha
mengalihkan perhatiannya dari Aizar, tapi tidak berhasil, matanya selalu
tertuju lagi ke Aizar, dan sampai suatu ketika, Mona sedang memperhatikan
Aizar, Aizar ternyata juga menatap
kearahnya. Mona langsung membuang muka dan meyakinkan bahwa Aizar melihat
pacarnya bukan melihat dia. Mungkin keresahan yang dirasakan Mona terasa oleh
Rini sahabat Mona yang kini duduk sebangku dengannya. “Mon lu ngeliatin Aizar?”
Tanya Rini tegas. “aaa, enggak” jawab Mona meyakinnkan. “ga usah bohong sama
gue” jawab Rini. Kata kata yang paling tidak bisa di elakkan oleh Mona. Mona
akhirnya menceritakan semua dari awal kisahnya ke Rini, lalu Mona berkata
dengan nada lirih “yaa, tapi paling Aizar ngeliatin cewenya bukan gue
koo”. Rini menantang “haha oke kita liat
lagi nanti siapa yang Aizar liat disaat lo sendiri ga deket cewenya apa dia
merhatiin lu.!! Gua yakin dia ngeliatin lu bukan cewenya haha, tega ya gua”.
“yee dasar tegaa” jawab Mona datar. Dan ternyata benar saja Aizar terus menatap
Mona dari jauh bahkan mulai tersenyum, dan disaat ngobrol dengan pacarnya, Mona
tak habis pikir dengan sikap Aizar pada
saat itu. Dan pada saat yang sama perasaan yang baru dan lebih besar mulai
muncul untuk Aizar, Mona bingung karena dia sedang banyak masalah dengan Yoga, Yoga yang tidak
pernah mau mengerti dirinya dan tidak pernah punya waktu untuk dirinya. Dan
pada saat itu mereka sedang break. Mona takut ia berpaling.
Beberapa hari setelah Tour itu Mona
putus dengan Yoga, Mona capek dengan Yoga yang seperti menganggap Mona tidak
ada, Mona berusaha tegar untuk keesokkan harinya, karena Monna akan datang kesekolah untuk gladi bersih
untuk acara wisuda dan itu bertepatan dengan pembagian rapot, jadi sekolah
bukan hanya ramai karena anak kelas 3 saja. Mona telat datang ke acara itu,
Mona panik dan saat turun dari kopaja iya langsung loncat dan berlari ke arah
sekolah,” Mona” Mona tidak mendengar, “Mona, mau kemana?” Mona terkejut ia seketika
reflek memalingkan kepalanya kebelakang, O O W dan ternyata bingo.!! Itu Aizar “It’s
like a fly” saat Mona tahu siapa yang memanggilnya dari kejauhan.!! Mona tersenyum sangat lebar dan dengan cepat ia menjawab, “kesekolah,
gladi bersih buat wisudaan”. “ooh, kirain ngapain, yaudah hati hati ya” dia
tersenyum hangat, sangat sangat hangat, perasaan
yang Mona pendam meledak seketika saat itu juga. Selama hampir satu tahun, ini pertama kalinya untuk Mona,
Aizar benar benar memanggilnya.
Karena kejadian itu entah mengapa
mereka mulai akrab, Aizar juga sudah
mengakhiri hubungannya dengan pacarnya karena satu situasi yang sama dengan
Mona, dan yang semakin membuat ke bahagiaannya komplit benar, karena bisa satu
kelas dengan Aizar. Setiap di kelas Aizar sering sekali menatap kea rah Mona
yang membuatnya malu, tapi benar benar senang dengan itu. Mereka semakin akrab,
sampai akhirnya beberapa minggu kemudian Aizar mengungkapkan perasaannya yang
sudah lama ia pendam terhadap Mona ia ungkapkan. Ternyata Aizar juga menyukai
Mona dari awal mereka bertemu, namun Aizar terlalu takut untuk mengungkapkannya
kepada Mona karena teman temannya banyak yang mempunyai perasaan yang sama
dengannya.
Mona merasa kebahagiaanya terasa sangat
lengkap sekarang, betapapun itu Mona merasa sangat lega perasaan yang ia pendam
bisa tersampaikan, dan sangat senang karena Aizar mempunyai perasaan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar